Macem-macem sindrom yang aku alami sebelum ujian berlangsung. Dari yang gak bisa tidur, gak nafsu makan, mual2, sakit perut pengen ke toilet, kebelet pipis terus, sampai badan menggigil kedinginan karena grogi.
***
Alasan Sindrom
Risiko jadi mahasiswa lagi (master) adalah harus siap menghadapi tumpukan tugas2 (assignments) dan ujian semesteran (sit-in examination). Sebagian rekanku cukup sibuk menghadapi tumpukan tugas2, baik itu berupa report, essay atau research project, tanpa harus memikirkan ujian semesteran. Sebaliknya di fakultasku, tumpukan tugas2 dan exam menyumbang proporsi yang hampir sama untuk nilai akhir kita (50-50 or 60-40 biasanya).
Nah, karena aku setiap semesternya mengambil empat mata kuliah, maka dalam 2 semester ini, aku sudah menghadapi 8 kali sindrom ujian yang sudah aku sebutkan di atas. Kenapa bisa kena sindrom begitu? Buatku, macam2 alasannya. Pertama, karena memang mata kuliahnya sulit buat dihadapi. Ini kasus yang terjadi waktu aku di semester 1 di mana aku "terpaksa" mengambil 3 mata kuliah finance. Karena mata kuliahnya sulit, otomatis waktu belajar juga harus lebih banyak dialokasikan (secara akuntan harus belajar ilmu financial analyst!). Parahnya, semakin banyak belajar, malahan semakin banyak yang lupa dan rasanya gak pernah siap buat menghadapi ujian.
Kedua, karena diri sendiri yang gak disiplin. Kebiasaan sistem belajar "kebut semalam ato SKS" (istilahnya di sini cramming), membuat aku baru konsen belajar kalo sudah 1 atau 2 hari sebelum ujian. Celakanya, begitu hari H ujian semakin dekat, aku terlambat menyadari bahwa materi yang harus dicover masih banyak. Jadinya sindrom ujian tadi langsung muncul.
Ketiga, masalah bahasa. Ini masalah yang sampai sekarang belum bisa aku pecahkan. Kadang saat belajar, aku mengerti inti dan ide dari bahan yang aku pelajari. Eh, dodolnya, begitu duduk pas ujian, semua topik yang sudah aku pahami tadi tiba2 menjadi sangat sulit untuk aku tulis dalam rangakaian jawaban in english. Jadinya jawabanku serba carut marut dan gak fokus, semua karena masalah bahasa tadi. Terus? Solusi sementara waktu adalah dengan cara menghafal ide inti topik yang aku pelajari plus kata2 penting di ide inti tadi guna mempermudah aku dalam menuangkan ide2 tadi ke dalam kertas ujian. Repot gak sih? hihihi.
Keempat (wuih kok banyak amat), adalah masalah menulis. Aku paling males suruh nulis. Zaman komputer gini, sudah pasti semuanya serba diketik di komputer, eh...giliran ujian, tulisan tangan kita yang harus jadi andalan. Jangan bayangin nulis jawaban ujian itu cuma dalam 4-5 lembar kertas yah, jawaban ujianku itu bisa sampai 15 lembar halaman kertas dengan tulisanku yang relatif kecil2. Alasannya memang karena soal2 ujianku jarang (bukan berarti gak ada) yang sifatnya open question (definisi, menyebutkan perbedaan atau hal2 yang umum) tetapi cenderung ke analisis ide2 dan elaborasi ide-ide perkuliahan ke kasus2 yang diberikan di soal ujian. Pernah satu mata kuliah, bahan ujiannya tentang mendesain propsal untuk projek riset. Mau tahu berapa lembar yang aku tulis? 8 lembar aja tuh....Kebayang kan stress-nya gimana?
Suasana Ujian
Ujianku kebanyakan di laksanakan di Caulfield (cuma sekali di Exam Hall kampus Clayton), tepatnya di arena pacuan kuda (racecourse) Caulfield. Jadi lokasi ujian bukanlah di ruang perkuliahan macam aku dulu di UGM. Ada 2 jadwal ujian setiap harinya, pagi mulai pukul 09.30 dan siang mulai pukul 02.30. Ruangan ujian sendiri baru dibuka sekitar 10 menit menjelang ujian. Tiap peserta duduk di 1 meja dan 1 kursi khusus. Jarak antara depan dan belakang hanya dipisahkan meja saja, sementara jarak kiri dan kanan kira2 setengah meter.
Selama mengikuti ujian, kami dilarang membawa handphone di saku (kalo ketahuan akan didenda $300 di tempat) dan handphone harus dimatikan. Di atas meja kita, hanya boleh ada alat tulis, kalkulator dan student ID. Kotak pensil atau cover kalkulator sama sekali gak diperbolehkan. Karena ujiannya rata2 3 jam maka kita diperbolehkan taruh minum dan sedikit makanan kecil di meja. Tas harus letakkan di bawah dan harus jauh dari jangkauan tangan kita. Untuk kalkulator, fakultasku hanya memperbolehkan beberapa jenis kalkulator aja yang bisa dibawa ke ruang ujian (a.l yang aku pake: Sharp EL735). Semua jenis kalkulator tadi tidak bisa menyimpan memori rumus2, makanya boleh dipake.
Kertas jawaban ujiannya berbentuk boklet buku. Ada lembaran yang bergaris untuk nulis jawaban dan ada lembaran kosong untuk corat-coret (gak ada kertas burem yey di sini...:p). Sesuai dengan kebijakan blind marking, kebanyakan mata ujian melarang kita untuk nulis nama di kertas jawaban. Jadi yang ditulis cuma nomor mahasiswa dan nomor kursi kita. Tambahan lagi, soal ujian gak boleh dibawa pulang. Jadi harus dikumpulkan bersama2 dengan boklet jawaban. Reseh gak sih? Oya, sebelum memulai ujian, kita juga dikasih waktu 10 menit untuk membaca soal dan itu gak mengurangi waktu pengerjaan ujian kita (2-3 jam).
Bagaimana dengan pengawas ujiannya? Wuih, resehnya minta ampun. Aku gak tahu sih mereka dari mana, apakah staf admin Monash atau pengawas dari luar Monash, tapi yang pasti galaknya minta ampun. Semasa ujian kita gak boleh bergerak yang aneh2. Kalo mau buka tas untuk ambil sesuatu, kita harus angkat tangan, untuk minta izin dari pengawas. Begitu juga kalo minta kertas tambahan atau minta izin ke toilet. Pokoke mau ngapain aja harus minta izin dulu ke mereka.
Para pengawas itu juga gak pernah diam di tempat. Mereka senangya berkeliling di antara para peserta dan memelototi meja kita satu persatu. Gak kalah serunya, setiap beberapa waktu, ada petugas pengawas yang masuk ke toilet terus meriksa2 toilet. Sepertinya mereka khawatir kita bakal lupa nge-flush toilet sehabis pipis...:p.
Aku punya pengalaman menarik dengan pengawas ujian. Pernah suatu ketika aku ditegur pengawas sampai 4 kali dalam 1 kesempatan ujian. Selain pengawasnya yang luar biasa reseh ada juga sih kontribusi kegrogian aku waktu itu. Jadi, pas waktu 10 menit untuk baca soal di mana kita dilarang menulis apa pun juga, aku secara reflek udah megang pena (padahal gak nulis apa2 loo..). Eh si pengawas langsung datengin aku dan bilang aku gak boleh nulis apa2 selama reading time. Kali kedua pas aku pengen pipis. Dasar udah kebelet, aku langsung ngacir aja ke toilet (biasanya juga gak papa sih...), eh selesai balik dari toilet, si pengawas (yang sama) langsung bilang kalo aku harus angkat tangan dulu minta ijin buat pergi ke toilet. Kali ketiga, pas aku ingin keluar dari ruang ujian sebelum waktu ujian selesai. Dasar keburu2 aku gak angkat tangan, tapi langsung kabur aja. Eh langsung ditanyain deh ama si pengawas (yang sama). Kali terakhir, pas lagi jalan keluar ruang ujian. Sambil jalan aku masukin alat tulis, botol minum en kalkulator ke tasku, eh si pengawas (lagi2 yang sama) datengin lagi aku lagi dan nyuruh masukin barang2 tadi di luar ruang ujian aja, dengan alasan aku bakal seliweran dan takut menganggu peserta yang lain (wtf???). Dasar dudull...
***