Monday, December 18, 2006

Masih Mau Jadi Akuntan (2)? Saat Laporan Keuangan Berubah Wujud

Satu lagi perubahan besar yang mesti siap-siap diantisipasi oleh kita para akuntan dan para auditor, yaitu perubahan wujud pelaporan keuangan. Ya betul...laporan keuangan sedang direncanakan untuk diubah, tidak berubah total, tapi setidaknya ada banyak perubahan di bagian pengelompokan akun-akun demi terciptanya integrasi antara 3 laporan keuangan yang sudah ada (Laporan Posisi Keuangan-Neraca, Laporan Kinerja Keuangan-Laba/Rugi, dan Laporan Arus Kas).

FASB (IAI-nya Amerika) dan IASB (IAI-nya Global) sudah bertemu untuk membahas ide ini. Pertemuan mereka berjalan positif dan standar baru pelaporan keuangan diharapkan akan dapat dirilis sekitar tahun 2008-2009, untuk selanjutnya disosialisasikan kepada publik. Usulan laporan keuangan model baru ini dilandasi semangat untuk meningkatkan kualitas informasi laporan keuangan. Selama ini, banyak pihak memandang bahwa laporan keuangan terlalu terfokus pada laba perusahaan, laba per saham dan rasio-rasio laporan keuangan yang disusun dari neraca. Imbasnya, laporan keuangan menjadi objek manipulasi pihak-pihak yang menyusunnya. Selain itu, banyak pihak juga mengeluhkan sulitnya menggabungkan informasi yang terdapat di tiga laporan keuangan (Neraca, Laba/Rugi dan Arus Kas) tersebut, sehingga information cost dan opportunity cost yang ditimbulkan menjadi tinggi.

Dengan format pelaporan keuangan yang baru, seperti terlihat di bawah ini, dapat dilihat bahwa laporan keuangan perusahaan terlihat terhubung satu sama lain. Tambahan, gambaran operasi perusahaan juga terlihat dengan jelas di sana, di mana kita bisa melihat ringkasan aktivitas lewat pengelompokan: business, discontinued operation, financing dan income taxes. Lebih lanjut, format baru ini juga memberikan kita informasi sumber daya keuangan perusahaan dengan lebih transparan. Antara lain kita bisa mendapatkan informasi bahwa aset A dibeli memakai uang pinjaman bank atau memakai modal perusahaan. Selain itu, kita juga bisa dengan mudah melihat komponen Income suatu perusahaan, seberapa besar terdiri dari akrual (belum terealisasi dalam kas) dan seberapa besar terdiri dari kas. Hal ini bisa dilakukan dengan mengurangi Income yang ada di Laba Rugi dengan operating cash flow di laporan arus kas.

Menurut hemat saya, format ini memang diperuntukkan untuk menjawab keinginan para investor dan analis laporan keuangan yang memang kerap mengeluh tentang sulitnya 'menyaring' informasi yang disajikan di laporan keuangan. Satu yang sedikit dilupakan oleh para 'dewa-dewa' di FASB dan IASB, bahwa angka-angka di laporan keuangan tersebut dihasilkan oleh kita-kita para akuntan dan diverifikasi oleh kita-kita para auditor. Perubahan format berarti juga perubahan standar dan pengetahuan, ini artinya kita harus bersiap mulai belajar dari nol lagi. Sekaligus, kita mesti bersiap-siap menjadikan buku akuntansi zaman kita sekarang sebagai barang antik!!

Rancangan Format Laporan Keuangan Yang Baru
http://www.fasb.org/project/financial_statement_presentation.shtml

Statement of Financial Position
Business
Operating assets and liabilities
-Short-term
-Long-term
Investing assets and liabilities
-Short-termLong-term
Discontinued operations
Financing
Financing assets
-Short-term
-Long-term
Financing liabilities
-Short-term
-Long-term
Equity
Income taxes
-Short-term
-Long-term

Statement of Earnings and Comprehensive Income
Business
Operating income
Investment income
Discontinued operations
Financing
Financing income
Financing expenses
Income taxes

Statement of Cash Flows
Business
Operating cash flows
Investment cash flows
Discontinued operations
Financing
Financing asset cash flows
Financing liability cash flows
Equity cash flows
Income taxes

Sunday, December 17, 2006

Masih Mau Jadi Akuntan? Saat XBRL Mendekati Kenyataan

"The effect that XBRL will have on the business community will be more significant than the transition from paper and pencil analysis of financial information to the use of electronic spreadsheets." (Mike Willis, founding chairman of XBRL International and a PricewaterhouseCoopers partner)
***
Sejujurnya cerita soal XBRL ini sudah saya baca sejak tahun 1999 dulu, waktu awal-awal saya kuliah di mana waktu itu dunia sedang 'deman' teknologi informasi dan internet. Dulu saya pikir XBRL ini terus akan berkembang sampai pada masa keemasannya di tahun 2000an ini. Tapi nyatanya, setelah 6 tahun lebih bertualang di dunia ekonomi dan akuntansi, sosok XBRL tidak juga kunjung muncul wujudnya. Hingga suatu saat minggu lalu, saya membaca artikel yang berisi bahwa SEC (Bapepamnya Amerika) sudah bersiap untuk mengadoposi konsep XBRL sepenuhnya menggantikan sistem EDGAR yang sudah lebih dari 25 tahun menyimpan beragam data laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di bursa sama New York (NYSE).
***
Sebenarnya apa sih XBRL itu? XBRL sejatinya adalah akronim dari Xtensible Business Reporting Language. XBRL atau biasa juga disebut dengan pelaporan keuangan universal merupakan format baru laporan keuangan yang menggunakan perintah (tag) yang biasa kita gunakan di internet, sehingga tampilan laporan keuangan tersebut bisa diakses, dianalisis dan dibandingkan dengan lebih mudah. Tambahan lagi, karena XBRL ini dibuat dengan standar perintahyang seragam, maka kita, pembaca laporan keuangan akan dengan mudah membandingkan laporan keuangan perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya. Jika masih bingung, saya berikan ilustrasi sebagai berikut:
roleRefroleURI="http://www.xbrl.org/us/fr/lr/role/IncomeStatement"xlink:type="simple" xlink:href="http://www.xbrl.org/us/fr/gaap/ci/2005-02-28/us-gaap-ci-2005-02-28.xsd#IncomeStatement"

Salah satu tag di atas saya ambil dari laporan keuangan Microsoft yang berbentuk XBRL di database SEC. Jika tag di atas kita impor ke MS Excel, maka akan tampil Income Statement Microsoft dalam bentuk spreadsheet. Sehingga kita bisa mengecek langsung angka di laporan tersebut. Sayangnya, MS Excel kita harus sudah dilengkapi dengan menu tambahan (adds-in) terbaru yang memuat perintah XBRL ini (Excel 2003 sudah mensupportnya), baru kemudian kita bisa tampilkan XBRL tersebut dengan baik.

Tahun ini SEC sudah menyatakan keseriusannya untuk menerapkan konsep XBRL bagi perusahan-perusahaan yang terdaftar di NYSE. SEC menyiapkan dana ratusan juta dollar untuk mendukung proyek 'masa depan' tersebut. Sejauh ini kurang lebih 25 perusahaan sudah secara sukarela menggunakan konsep XBRL dalam laporan keuangannya ke SEC, di antaranya: Microsoft, Pepsi, 3M, Xerox dan HP. Di Eropa sendiri, XBRL sudah mulai diadopsi oleh regulator setempat seiring dengan penerapan standar akuntansi berterima internasional (IAS), tahun lalu. Imbasnya, jika 2 kekuatan utama ekonomi dunia tersebut sudah mulai menerapkannya, maka bukan tak mungkin negara-negara berkembang di kawasan Asia termasuk Indonesia juga akan mulai bersiap-siap menerapkannya.
***
Sejatinya, XBRL tidak hanya menawarkan akses yang lebih mudah bagi investor untuk menganalisis laporan keuangan perusahaan. XBRL ke depannya diproyeksikan untuk bisa mengkombinasikan pelaporan internal dan eksternal secara bersamaan. Artinya, informasi internal seperti kapasitas produksi, lini produk, pangsa pasar, jaringan supplier sampai kepada kepuasan pelanggan akan dipadukan dengan informasi keuangan 'tradisional' yang selama ini disajikan oleh perusahaan setiap periode tertentu (tahunan atau kuartalan). Lebih lanjut, perusahaan akan dituntut untuk memberkan informasi yang 'real time' kepada para investor sehingga ketidaksinkronan informasi (information assimetry) akan bisa dikurangi.

Proyeksi di atas tentu akan menambah beban yang luar biasa berat bagi kita para akuntan dan auditor. Akuntan perusahaan, tentu akan dituntut untuk menyediakan informasi-informasi paling update kepada manajemen untuk kemudian siap disajikan ke investor via XBRL. Hal ini tentu menambah beban kerja para akuntan yang memang selama ini sudah menumpuk. Para akuntan akan mendapat pekerjaan ekstra untuk lebih cepat memberikan informasi ke pasar sekaligus juga teliti dalam memverifikasi informasi tersebut. Keterlambatan dalam memberikan informasi, dibandingkan kompetitor di industri sejenis, tentu akan menimbulkan efek yang negatif di mata investor.

Tidak hanya sampai di situ, para pakar juga masih berdebat tentang perlu tidaknya XBRL diatur oleh standar akuntansi tersendiri, terutama berkaitan dengan jenis informasi apa yang seharusnya diberikan kepada publik. Informasi internal yang berlebihan juga dapat menghilangkan keuntungan kompetitif suatu perusahaan selain juga bisa menimbulkan noise bagi para investor dalam mengambil suatu keputusan investasi.

Beban para auditor juga tidak kalah berat nantinya. Sampai sekarang perdebatan masih terjadi mengenai seberapa besar tanggung jawab auditor terhadap informasi yang diberikan klien-nya. Jika saat ini auditor memberikan assurance kepada laporan keuangan kliennya setiap satu tahun atau satu semester sekali, nantinya, sampai batas mana auditor memberikan assurance nya terhadap informasi yang diberikan klien? Jika auditor tidak memberikan assurance kepada kliennya berkaitan dengan informasi yang 'real time' tadi, bagaimana investor bisa memastikan bahwa informasi yang diberikan manajemen perusahaan tersebut benar?

Angin perubahan sudah bertiup jelas, sampai di mana kita siap untuk mengikuti arah angin tersebut?

Wednesday, December 13, 2006

Pengalaman Belajar di Oz (3): Exam Viewings

Waktu kuliah S1 di Indonesia dulu, saya tidak pernah paham dengan cara penghitungan nilai yang diberikan oleh dosen-dosen saya. Seingat saya, sangat jarang seorang dosen memberikan silabus di awal kuliah, menjelaskan sistem penilaian yang diberikan dan penugasan yang harus diselesaikan. Akibatnya, waktu pengumuman hasil ujian, perasaan yang ada adalah dag dig tak menentu. Saat ujian merasa bisa mengerjakan, tapi pas nilainya keluar hasilnya mengecewakan. Sebaliknya, saat ujian merasa tak tahu apa2, eh dengan gagahnya nilai A atau B yang didapat. Intinya, sistem penilaian ujian waktu aku kuliah dulu benar2 mirip lotere. Jika anda beruntung, anda dapat nilai bagus...jika tidak, siap2 untuk bersumpah serapah.
***
Di kampusku, ada kebijakan exam viewings, dimana mahasiswa diizinkan untuk melihat kertas ujiannya berikut hasil koreksi dosen yang bersangkutan. Di semester 1 lalu aku sebenarnya ingin mencoba pengalaman baru tersebut, tapi sayang waktu itu aku sedang liburan ke Singapura, jadinya aku melewati kesempatan ini. Semester ini aku baru mencobanya.

3 Hari setelah nilai hasil ujian keluar, kami mendapat email dari admin fakultas yang menyebutkan prosedur exam viewings plus attachment form untuk diisi. Form itu salah satunya berisi mata kuliah yang ingin kita lihat kertas ujiannya. Karena penasaran ingin tahu, maka aku memasukkan 4 form untuk masing2 mata kuliah yang aku ambil semester ini.

Exam viewings berlangsung selama 4 jam, dari pukul 2 siang sampai jam 6 sore. Di dalam ruangan sudah ada 2 petugas yang siap membantu. Biarpun mereka cukup bersahabat, namun peraturan untuk masuk ke ruang exam viewings sangatlah ketat. Mahasiswa dilarang membawa masuk tas, handphone, alat tulis dan kalkulator. Hanya mahasiswa saja yang diperkenankan masuk ke ruang tersebut dengan membawa kartu mahasiswa.

Setelah mendapat kertas ujian, saya dipersilahkan duduk di ruangan tersebut. Jujur ini pengalaman pertama saya untuk melihat, bagaimana dosen-dosen di sini memberikan nilai. Gayanya bermacam2, ada yang kasih komentar singkat, tanda tanya sampai corat coret di kertas ujian kita, karena dia mengubah2 nilai yang diberikan. Aku melihat dengan seksama komentar tersebut dan menghitung ulang lagi skor2 yang diberikan, untuk memastikan mereka tidak salah hitung, hehhee.
***
Mayoritas mahasiswa yang exam viewings adalah mahasiswa yang 'bermasalah' dengan hasil ujiannya, antara lain buat mereka yang failed. Penting bagi mereka untuk mengetahui di mana mereka salah dan kenapa mereka bisa failed untuk selanjutnya didiskusikan dengan dosen yang bersangkutan. Semester lalu, ada seorang rekan yang failed di satu mata kuliah, sementara dia berada di semester terakhir. Akhirnya setelah exam viewings dia bisa berdiskusi lebih lanjut dengan dosennya dan diberikan 'supplementary exam' yang akhirnya mampu ia lalui.

Pesan utama yang bisa kita tangkap dari exam viewings ini adalah masalah transparansi nilai. Dosen akan melakukan penilaian secara objektif dan terbuka mengingat semua siswa punya kesempatan untuk melihat dan mendiskusikan hasil penilaiannya. Dengan demikian, di lingkungan pendidikan kita sudah dibiasakan untuk melakukan sesuatunya secara transparan, objektif dan bertanggung jawab. Semoga kelak exam viewings ini bisa juga dilakukan di Indonesia, sehingga tak ada lagi kejutan2 macam lotere apalagi manipulasi nilai.

Korupsi Banyak, Tapi Mana Koruptornya???

Untuk hari antikorupsi sedunia, 9 Desember lalu.
***

Katanya, Indonesia menduduki posisi bawah di ranking negara-negara terkorup di dunia. Kata orang, Indonesia tidak beda dengan negara kleptokrasi alias kaum birokratnya gemar 'menilep' uang rakyat. Kata angin, korupsi sudah mengakar dalam sendi kehidupan masyarakat Indonesia, alias sudah membudaya, sudah menempel di dahi sejak kita lahir. Walhasil, banyak seminar, diskusi, buku-buku, kampanye, tim kerja sampai dengan pernyataan sikap tentang memberantas korupsi. Hasilnya??? Korupsi (katanya) ada, saksi dan tersangka diperiksa, tapi kemudian mereka melenggang bebas. Macam2lah alasannya, ada yang sakit, ada yang dakwaannya lemah, ada yang bebas beneran tidak bersalah sampai ada yang kasusnya dihentikan karena kurang bukti.
***
Memerangi korupsi sama saja dengan memerangi bayangan. Terlihat jelas di depan mata, tapi tak bisa diraba dan dijamah. Padahal komitmen pemerintah untuk memeranginya sudah cukup jelas, antara lain lewat pembentukan KPK dan Timtas Tipikor. Tapi sampai sekarang kedua lembaga tersebut mendapat berbagai pukulan hebat dan cobaan dalam memerangi korupsi di Indonesia. UU tentang pembentukan KPK saat ini sedang dalam proses judicial review di Mahkamah Konstitusi (MK), sehingga praktis nasib KPK saat ini ada di tangan MK. Jika permohonan judicial review dikabulkan maka KPK bisa dipastikan lenyap dari catatan arsip negara. Selain itu kritikan bahwa KPK dan Timtas Tipikor melakukan teknik 'tebang pilih' dalam mengungkap praktik korupsi juga sering dikumandangkan. Kedua lembaga tersebut dituding 'pilih kasih'. Padahal seperti kita ketahui, usaha membongkar praktik korupsi bukanlah perkara yang mudah, sehingga dibutuhkan suatu strategi dan kerja keras dari penegak hukum. Benar atau tidak tudingan tersebut, sudah selayaknya kita memberikan dukungan yang penuh kedua lembaga pemberantas koruptor tersebut.
***
Korupsi bagi beberapa kalangan dicap lebih kejam dari kasus pemboman. Kasus pemboman (Bom Bali misalnya), memang sadis...tapi ia hanya memakan korban di saat kejadian saja. Sementara korupsi, korban yang ditimbulkannya tidak hanya pada saat korupsi itu dilakukan, tetapi juga berimbas hingga beberapa generasi mendatang. Korupsi APBD misalnya. Uang yang seharusnya digunakan untuk subsidi desa tertinggal, pendidikan atau prasarana air bersih tapi dikorup oleh segelintir orang, akan berakibat pada semakin miskinnya desa-desa, minimnya fasilitas pendidikan dan kurangnya air bagi kehidupan masyarakat banyak. Pada akhirnya, generasi yang akan datang juga ikut terkena imbasnya. Untuk itu mari sama2 kita perangi korupsi. Antara lain berusaha menggunakan waktu kita dengan bijak, setiap harinya.

Friday, December 08, 2006

Catatan Seorang Pemula: Minggu Pertama

Nilai 97 dari 100 di mata kuliah Financial Reporting Issues mengantarkan aku bertemu dengan dosennya (Farshid Navissi) untuk mendiskusikan lebih lanjut kemungkinan aku untuk mengerjakan research dissertation di bawah supervisinya. Farshid, demikian ia biasa dipanggil, memiliki ketertarikan di bidang earning quality dan event study. Earning quality merujuk kepada riset yang bertujuan untuk menilai kualitas earning dari suata perusahaan. Seperti kita ketahui, earning perusahaan terdiri dari komponen kas dan akrual, termasuk adanya kemungkinan manajemen untuk melakukan tindakan oportunitistik dengan memasukkan banyak 'noise' di laporan keuangannya (antara lain lewat provisi dan akrual). Contoh area earning quality termasuk earning persistance (seberapa besar komponen dalam earning bisa direalisasikan dalam bentuk cash), earning management (mengatur earning sesuai level yang diinginkan) dan accrual anomaly (dalam kondisi ekstrim di mana perusahaan yang memiliki tingkat akrual sangat tinggi atau sangat rendah, dapat memberikan abnormal return untuk periode tertentu).
Event study merujuk kepada area riset di mana periset melihat keterkaitan antara suatu event dengan reaksi investor di pasar modal. Sebagai contoh, adalah riset tentang reaksi pasar saat pengumuman earning suatu perusahaan atau reaksi pasar terhadap Undang-undang pajak yang baru atau Undang-undan anti-monopoli misalnya.
***
Lalu aku akan ambil yang mana?
Jujur saja, aku sebenarnya ingin ambil riset tentang audit, tapi karena 2 calon supervisorku (yang juga menjadi dosen di kelas auditku), termasuk lumayan sibuk, maka niat ini sedikit aku urungkan. Diskusi dengan Farshid kemarin mengarah kepada kemungkinan riset di bidang event study mengingat waktu risetku yang lumayan terbatas dan load yang sesuai dengan bobot kredit thesisku. Farshid menyarankanku untuk melihat regulasi yang ada di US atau Australia untuk kemudian dilihat reaksi pasar terhadap regulasi tersebut. Seminggu ini aku benar2 sibuk cari berbagai bahan, tapi lagi2 keterbatasan ruang diskusi dan pengetahuan membuatku sedikit lambat untuk menemukan topik yang cocok.
***
Ada beberapa topik yang sejauh ini sudah aku lihat, berikut listnya.
1) UU tentang penurunan tax rate untuk pendapatan dividen untuk individual. Topik ini cukup menarik, tapi efeknya aku lihat lebih besar kepada individual dibandingkan kepada perusahaan. Bisa sih untuk dilihat bagaimana investor melihat hal ini, karena dengan demikian beban pajak investor dari dividen akan berkurang. Di Nz, dividen sudah tidak dipajaki lagi, sementara di Oz, mereka telah mengenakan dividend imputation system, di mana investor Oz tidak mendapat potongan pajak dividen lagi (karena sebenarnya pendapatan mereka sudah 'terpotong' lewat corporate tax).
2) Bankruptcy Act 2005. Intinya adalah pembatasan debitor untuk menyatakan dirinya bangkrut. Tujuannya agar kreditor tidak serta merta kehilangan uangnya jika debitor menyatakan dirinya bangkrut. Hal ini diharapkan dapat memperlancar perekonomian US. Sayangnya, bankruptcy act ini lebih fokus kepada invidual dan industri menengah ke bawah, sehingga aku gak terlalu yakin seberapa besar efeknya terhadap pasar modal secara umum.
3) PCAOB-ini lembaga yang bertugas mengawasi kantor akuntan publik yang melakukan audit terhadap perusahan2 yang listed di US. Berbagai setting aku temukan di sini, antara lain, efek perusahaan akuntan publik yang sudah teregister di PCAOB terhadap harga saham perusahaan yang diauditnya, selain itu aku juga ingin lihat efek standar audit yang diterapkan PCAOB (sebelumnya standar audit ditetapkan oleh AICPA-IAI-nya Amerika) terhadap kualitas audit. Aku juga tertarik untuk melihat efek hasil inspeksi PCAOB pada the Big Four dan harga shaam perusahaan yang diaudit the Big Four. Tapi gak tahu kenapa aku agak ragu dengan setting yang ada, sepertinya harus berdiskusi dulu dengan Farshid.
4) Beberapa section di SOX yang kontroversial. Antara lain tentang kewajiban perusahaan untuk mempublish 'material weakness' di internal control system-nya dan keharusan untuk melaporkan informasi penting (material) secara cepat dan tepat kepada pasar (via K8 form). Masalahnya, karena SOX sudah ada sejak 2002an, kemungkinan besar topik2 di atas sudah pernah diriset, sehingga tidak terlalu update lagi. Alternatifnya, dengan setting yang sama aku mungkin bisa melihat kondisi di Oz.
5) IAS 39 soal disclosure and recognition of derivative instrument (option, forward dan hedging). Sebelumnya derivative instrument cukup hanya di 'disclose' di laporan keuangan (walaupun ada beberapa bank yang me-recognize-nya). Nah, aku ingin lihat setelah adanya keharusan untuk me-recognize derivative instrument apakah ada perubahan reaksi pasar terhadap hal tersebut (value relevance analysis). Sayang beribu sayang, kemungkinan besar yang menerapkan IAS 39 adalah bank saja, tidak termasuk financial instiution, sehingga aku akan menemui masalah pada ukuran sampel (di Oz, bank yang listed tidak cukup banyak).
***
Jadi sampai hari ini, aku masih bingung soal topik mana yang layak untuk didiskusikan dengan Farshid dan kemudian bisa aku riset. Rencananya Senin nanti aku akan bertemu, tapi setelah dipikir2 daripada nanggung dan mentok diskusinya, lebih baik waktu konsultasinya diundur saja hingga Kamis atau Jumat minggu depan. Doakan semoga bisa dapat ide yang cemerlang buat diriset.

Caulfield, Postgraduate Lounge buliding H 6.53pm