Hasil 'investigasi' kecil2an beberapa waktu yang lalu. Kebetulan aku pernah nulis paper soal money laundering.
***
Beberapa jam sebelum deadline transfer pemain Liga Inggris, 30 Agustus 2006 berlalu, duo pemain timnas Argentina - Carlos Teves dan Javier Mascherano, dari klub Brasil Corinthians, dipastikan pindah ke West Ham, klub papan tengah Liga Primer Inggris. Hampir semua penggila bola di seluruh dunia tidak percaya dengan berita tersebut. Reputasi dan bakat kedua pemain yang menjadi tulang punggung Argentina di Piala Dunia 2006, begitu menjulang tinggi, sehingga hampir mustahil klub medioker macam West Ham bisa merekrut mereka. Tambahan lagi, detail transfer mereka pun sangat tertutup, tidak ada ekspos sama sekali. Spekulasi pun bermunculan berkaitan dengan transaksi tersebut, salah satunya adalah skema pencucian uang atau money laundering.
***
Kisah transfer kontroversial ini bisa dirunut dari cerita transfer mereka sewaktu di Corinthians Brasil. Akhir tahun 2004, tim papan atas Brasil tersebut mengumumkan bahwa mereka telah mengizinkan masuknya investasi asing ke klub tersebut. Investasi tersebut masuk via MSI (Media Sports Investment Ltd) pimpinan Kia Joorabchian-pengusaha Iran yang berbisnis di London. Selanjutnya bisa ditebak, layaknya Real Madrid di Liga Spanyol dan Chelsea di Liga Inggris, Corinthians mulai membelanjakan lebih dari $50 juta dollar untuk membeli pemain2 bintang Amerika Selatan. Para bintang itu antara lain: Carlos Tevez (harganya $20 juta dollar), Mascherano, Carlos Alberto, Marinho, Marcelo Mattos, Hugo, Sebastian Dominguez, Gustavo Nery sampai Roger dari Benfica. Ambisi Kia dengan MSInya cukup kencang: mewujudkan Manchester United atau Real Madrid ala Brasil. Tenar, kaya dan mendapat banyak trofi kesuksesan.
***
Siapa Kia dan MSInya? Media Brasil, yang tak kenal lelah melakukan investigasi, menemukan keterkaitan Kia dengan Boris Berezovsky, miliarder asal Rusia kroni pemerintahan Boris Yeltsin dulu. Boris Berezovsky dikenal sebagai pengusaha bertangan 'kotor' dengan banyak melakukan praktik2 bisnis ilegal dan bahkan dituduh sebagai penyebab kolapsnya perekonomian Rusia. Boris saat ini tinggal di London dan menjadi buruan pemerintahan Vladimir Putin. Sebagai catatan beberapa waktu lalu, di SBS Australia, sempat ada dokumentasi soal Boris ini, sayang aku waktu itu gak perhatiin, karena waktu itu memang belum tahu siapa dia sebenarnya. Lebih lanjut, Kia menyangkal keterkaitan dirinya dan MSI dengan Boris dan bisnis2nya, walaupun cukup banyak bukti2 yang membuktikan keterlibatan mereka berdua, termasuk alamat kantor mereka di London yang berdekatan dan deal2 bisnis yang kerap mereka lakukan. Bagaimana dengan pemerintah Brasil? Sayangnya, di negara yang birokrasinya masih korup, keterlibatan2 tersebut dan indikasi adanya money laundering menjadi tidak jelas lagi, karena sesuatu bisa diselesaikan lewat 'amplop coklat' .
***
Lalu di mana skenario money laundering-nya? oke, mari kita lihat. Dengan asumsi keterlibatan Kia dan Boris cukup dekat, yang artinya MSI dan Kia, dibiayai oleh uang dari Boris yang diklaim sebagai uang illegal oleh pemerintah Rusia, maka mereka coba 'mencuci' uang hasil kejahatan tersebut di Amerika Selatan (via Corinthians) untuk kemudian dikirimkan masuk lagi ke Eropa secara legal. Seperti analisisku tentang money laundering di sini, proses pencucian uang ada 3 tahap: Placement, Layering dan Integration.
- Tahap placement atau penempatan- dilakukan dengan cara mengeluarkan uang sebesar $50 juta via Kia dan MSInya untuk membeli saham Corinthians dan pemain2 top Amerika Selatan.
- Tahap layering - atau menutupi uang kejahatan - dengan jalan berinvestasi di klub sepakbola Corinthians dengan berbagai visi yang disebutkan sebelumnya. Dengan kata lain uang ilegal tadi 'dicuci' di bisnis sepakbola dengan klub sepakbola menjadi 'mesin cuci' nya sehingga uang kejahatan tadi bercampur dengan uang legal yang ada.
- Tahap integration - atau menyatukan uang hasil kejahatan dan dijadikan uang yang legal. Tahap ini dilakukan dengan cara mentransfer duo pemain Argentina dari Corinthians ke West Ham. Uang transfer pembelian mereka tersebut kemudian masuk ke rekening MSI (sebagai pemegang saham mayoritas Corinthians) di Eropa, sehingga sekarang uang itu kemudian menjadi bersih.
***
Singkatnya, jika para kriminal menyimpan uang $50 juta hasil kejahatan mereka di bank, jelas dengan mudah uang mereka akan diinvestagasi. Tapi dengan membelanjakan uang tersebut untuk membeli pemain sepakbola seharga $20 juta dan kemudian menjualnya lagi sebesar $10 juta (di Eropa misalnya), maka bisa dikatakan mereka sudah bisa mendapat keuntungan yang luar biasa besar, mengingat pengawasan praktik money laundering yang semakin ketat dewasa ini, membuat para kriminal sulit bergerak.
***
Informasi terbaru menyatakan bahwa Kia dan MSInya juga memiliki saham di West Ham (sekitar 15%), sehingga tak heran mereka begitu mudah 'memindahkan' Tevez dan Mascherano ke sana. Dengan kondisi tersebut, maka dipastikan bahwa tahap 'layering' dan 'integration' masih berlangsung. Skenario selanjutnya, Tevez dan Mascherano akan dijual dari West Ham ke klub raksasa Eropa yang lain (dan ini sangat mudah, karena sudah banyak klub yang ngantri untuk memakai jasa mereka), untuk kemudian MSI menerima uang dari klub-klub tersebut secara 'bersih'. Dan di-sini, proses money laundering-nya berakhir (dengan sukses). Perkembangan terbaru, menunjukkan bahwa Kia dan MSInya akan membeli saham West Ham secara penuh. Hal ini semakin mengisyaratkan bahwa West Ham akan dijadikan 'mesin pencuci' uang kedua setelah Corinthians.
***
Benar atau tidak analisis di-atas memang masih dapat dipertanyakan. Namun setidaknya, bukti-bukti menunjukkan adanya keterkaitan antara Kia dan MSInya, Corinthians, West Ham dan transfer duo Argentina- Tevez dan Mascherano sebagai bagian dari skema pencucian uang, seperti yang sudah dipaparkan di atas. Sebagai tambahan, saat ini ada 2 klub Liga Inggris yang sudah dimiliki bilyuner Rusia; Chelsea dan Portsmouth, sementara West Ham sedang dalam proses dan Arsenal pernah didekati (walaupun kemudian ditolak mentah2). Sepakbola saat ini memang tidak melulu tentang gol, kemenangan dan piala, tapi sudah menjadi ladang bisnis yang menggiurkan. Ironisnya, sepakbola yang kental dengan nilai sportivitas rawan terkotori praktik2 bisnis yang ilegal, macam money laundering ini. Semoga analisis di atas tidak sepenuhnya benar, sehingga kita masih bisa tersenyum menyaksikan Liga Inggris di layar kaca.
***
Sumber: sambafoot.com, tribalfootball, the sun.
Foto dari: www.telegraph.co.uk